Wednesday, December 28, 2005

The Devil In The Wishing Well

Kaget juga,baca beberapa flash news detikcom hari ini,tentang sepak terjang sang malaikat Jibril,Lia Aminuddin. Wanita yang mengklaim sebagai titisan malaikat Jibril ini memang bukan kepalang beraninya. Secara nalar manusia, tindakan yang dilakukan Lia Aminuddin bisa dibilang unloggical sekali.

Awalnya,Lia Aminuddin adalah seorang muslim. Namun, lambat laun,sang malaikat Jibril ini kemudian memberikan alternatif agama baru, dengan mencampuradukkan bermacam-macam ajaran agama. Bahkan, ritual shalawat diiringi alunan musik seperti layaknya puji-pujian yang biasa dilakukan umat Kristiani.

Wow, tindakan mahaberani, apabila kita kembali melihat, bahwa negara kita punya undang-undang tentang kehidupan beragama. Belum lagi, status awal Lia Aminuddin yang notabene seorang muslim, tentu jadi catatan merah jika kita komparasikan dengan FATWA MUI.

Siapapun akan mengatakan, Lia adalah seorang Kafir. Apalagi Lia Aminuddin, adalah seorang Hajjah. makatak mengherankan,jika "Kerajaan Tuhan" yang dibangunnya kemudian memancing sentimen negatif, dari warga sekitar hingga kini merembet ke telinga MUI, dan mungkin bakal jadi masalah nasional.

Fenomena macam apa ini? Beberapa opini mungkin berpendapat, bahwa tindakan Lia Aminuddin, memiliki beberapa motif :

1. Pingin cari sensasi...at least bikin wartawan kelimpungan and become 15 minute fame.
2. Shock dan stress, karena hanya 5 agama diakui di indonesia.
3. Pingin cari massa, di luar jalur politik yang makin kotor permainannya....

So...Anda memilih yang mana? silahkan saja menerkanya!

1 Comments:

At 10:40 AM , Anonymous Anonymous said...

anda lupa kan satu hal yang penting saat manusia hanya dipimpin pemikiran akan pengetahuan maka terjadi lah kekosongan iman, pernah enggak elu pikir dari segi pengikutnya kenapa dia mau mengikuti orang ini , jujur saja manusia lebih memilih melihat sesuatu hal yang terlihat sedangkan Si titisan jibril ini hanya mengisi ruang kosong ini, sayangnya kita manusia sudah terlalu pintar sehingga melupakan nurani kita, maka sesuatu yang terlihat ini menutupi nurani.

 

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home