Tuesday, July 11, 2006

Robohnya Pendopo Kami

Gempa yang mengguncang Jogja 27 Mei lalu, tak ayal meruntuhkan salah satu bangunan milik keluarga besarku. Hampir tak percaya, ketika aku melihat pendopo kuno di kawasan Citran itu sekarang hanya tinggal puing-puing saja. Atap pendopo ambles dan terduduk lesu.

Aku ingat benar, pendopo ini pernah menjadi tempat dimana aku merayakan ulang tahunku yang ke-7. Saat itu, almarhum nenekku dari ayah maupun ibuku masih sehat bugar. Kala itu, kami merayakan ulang tahun dengan kue yang dibeli dari Bakery MURNI. So sweet, kenangan yang tampaknya tak mungkin kulupakan. Aku ingat betul, almarhum eyang putriku membawakan hadiah boneka Barbie kesukaanku, lengkap dengan beberapa potong baju dan beberapa pasang sepatunya.

Di pendopo ini juga, biasanya aku menghabiskan waktu liburanku, bermain bersama sepupu dan anak-anak di sekitar tempat tinggal almarhum eyangku yang kini ditempati kakak tertua ibuku. Dulu aku tak terlalu peduli, pada pendopo ini. Aku pikir bangunan ini hanyalah bangunan yang bisa dijadikan tempat berteduh, bermain atau sekedar tiduran, tapi setelah gempa, beberapa media (TEMPO dan KOMPAS) sempat mereview bangunan yang ternyata sudah dibangun sejak tahun 1770. Termasuk salah satu cagar budaya yang dilestarikan.

Pendopo ini punya banyak cerita, setidaknya menjadi saksi pertunangan ibu dan ayahku puluhan tahun lalu. Di pendopo ini juga, jenazah almarhum eyang putriku disemayamkan sebelum akhirnya dikebumikan.

Pasca gempa, dinas kebudayaan sempat menilik pendopo milik keluarga besarku ini. Mereka menganjurkan untuk tetap mempertahankan pendopo ini dan membangunnya kembali seperti semula. Tapi sayangnya, untuk merestorasi bangunan ini bukanlah perkara mudah. Pastinya butuh biaya. Hingga kini, nampaknya pihak asing masih belum banyak yang tertarik untuk merestorasi salah satu kawasan eksotis di kota Jogja ini.

Sampai saat kutulis ceritaku ini, Kotagede belum banyak berubah. Kalau dulu, eksotisme Kotagede begitu terasa manakala kita menyusuri lorong-lorong sempit yang diapit bangunan-bangunan kuno nan megah, kini Kotagede punya cerita lain. Sepintas nampak seperti kota tak bernyawa, di kanan kiri puing bangunan masih terus dibersihkan, dan eksotisme itu kini mati suri,...mungkin sampai nanti,...ada pihak-pihak yang peduli untuk membangunnya kembali.

2 Comments:

At 3:13 AM , Anonymous Anonymous said...

Gimana sekarang kondisi yogya?
sudah nggak ada gempa susulan kan?

salam kenal dari kami.

 
At 5:30 AM , Anonymous Anonymous said...

Cantik sekali judulnya, Robohnya Pendopo Kami. Boleh nggak dipake buat judul video dokumenter ?

 

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home