Thursday, February 09, 2006

CUCAK RAWA Menanti Penjara

Jangan kaget, kalau tidak lama lagi, lagu jawa tradisional berjudul Cicak rawa ini, mungkin tidak akan pernah Anda dengar lagi. Berdasarkan RUU Pornografi dan Pornoaksi, lagu ini termasuk melanggar pasal-pasal sang moralis.

Coba simak, petikannya berikut ini:

Manuke...manuke cicak rawa
cicak rawa dawa buntute
buntute sing akeh wulune
yen digoyang ser-ser aduh enake...

iki piye iki piye iki piye
wong tuwa rabi perawan
perawane yen bengi nangis wae
amarga wedi karo manuke.


Siapapun tergelitik mendengar lagu berlirik saru ini. Lagu tradisional yang dipopulerkan Didi Kempot ini kerap saya dengar di banyak acara terutama yang berlangsung di DIY dan Jawa Tengah.

Hanya saja, sejak saya mengamati RUU Pornografi dan Pornoaksi yang terdapat di beberapa media cetak, disitu disebutkan karya sastra maupun lirik lagu bernuansa erotis dilarang keberadaannya. Berarti, mungkin, sastrawan-sastrawan idealis akan lebih memilih untuk menghabiskan sisa hidupnya di balik terali besi, terus berkarya tanpa peduli pemerintah yang sok suci ini.

Pastinya, aturan ini, sudah merampas kebebasan hak warga negaranya:)...Lebih parah dari kepemimpinan Soeharto, rupanya:)

7 Comments:

At 1:05 PM , Blogger Innuendo said...

eh emangnya yg mengesahkan RUU president ya? bukan DPR?
semoga gak akan disyahkan-lah si UU porno ini

 
At 6:41 AM , Anonymous Anonymous said...

kalau bener-bener di sahkan semakin kukuh saja tirani sosial orang-orang yang sok suci yang tidak menyukai hal porno tapi biasanya punya istri lebih dari satu..:)

 
At 1:52 AM , Anonymous Anonymous said...

Haiyyaah nggaya, padune takut digrebeg bobo sama kang mas tho ;p. xiixixi. Dijak apik ancen uangel arek iki... begaya pembela sosial lah, begaya kebebasan lah, begaya seni lah. Anda paham seni?, saya kira kalau seniman sejati pasti dia ngerti apa itu seni. jika salah satu jargon emansipasi, saya kira emansipator lebih paham itu. Allllaahh... kaya' iya-iya' o, waks ;p

Dicerna lagi itu sajak-sajak, erotis atau tidak, belajr sajak dulu deh, drpd vonis duluan, so gak bakal ada tafsir serampangan ky ente, Sarkas mulu ;p xixixi

 
At 2:47 AM , Anonymous Anonymous said...

Perkenalkan saya nih status MUSLIM BIASA (bukan aliran macam FPI dll :) dan bukan jagoan ayat ato firman suci). Baru mampir & tahu ke blog mbak dee ketika liat postingan play vs bencana..,
Nah, dengan maksud baik sekali :) (*tidak bermaksud menyinggung*), perkenankan saya akan menjadi lawan dan bisa juga 'kawan' mbak dalam setiap posting & komen mbak. Kalo, mbak mo bicara kontroversial/SARA/porno ato apa aja lawan aku, ok deh :). Saya akan selalu tersenyum & tulus iklash dgn uneg2 mbak ato teman2 yang lain (baik, maaf, kasar ato lembut ato nyindir sekalipun) dan akan berusaha (tentu saja dg sebatas kemampuan saya) menjelaskan dg jawaban sampai tingkat mbak puas deh. Klo mbak mau counter silahkan aja (gak usah ragu, sungkan, malu, takut menyinggung dll), nanti akan saya jelaskan balik.. (tapi jgn inggris ya, soalnya malas saya bacanya :) )

 
At 2:48 AM , Anonymous Anonymous said...

@Kabayan, masalahnya begini mas kabayan. Meski kita ini orang munafik, tapi tentu ada dari sisi kebaikan kita, tidak ingin-lah bangsa ini jadi bangsa yang bermoral bejat (dari sisi ini lho). Nafsu kita perlu dikendalikan. Dan hukumlah yang mengkontrolnya. Kalau kita semua baik orangnya, nggak ada yg merampok, maaf 'memperkosa' dll tentu gak perlu ada UU-an. UU dibuat untuk membatasi kejahilan kita, kejahilan manusia (sense of devil) termasuk saya juga he..he... Nah, kalo karya sastra yg berbau porno gak dilarang juga nanti dianggap pemerintah tidak konsistenlah atau pendapat2 seperti itu. Dan ini juga dapat menimbulkan pasal2 karet. Pasal2 karet ini biasanya dimanfaatkan org2 yg egois untuk memanfaatkan celah (suatu kelemahan) dalam UU Pornografi demi kepentingannya sendiri.
@Oki ollie, Kalau soal candi, kalau tidak membawa dampak buruk (atau keresahan) ya gak usah diapa-apain (udah terlanjur soalnya, jadi hukum manusia dibuat seringkali mengikuti kejadian di masyarakat). Kalo ada yg berpendapat tuh candinya aja porno, tapi buat sastra 'porno' gak boleh. Kalau sastra porno dibolehin, nanti yang lain ngikut-2 (tidak ada konsistensi dan cenderung manusia itu cari celah-celah untuk kepentingannya). Lha, masalahnya kan jadi komplek sekali. Kita kan harus selesaikan masalah one by one, step by step. Jadi dalam menyelesaikan ato memandang sesuatu kita harus banyak pakai nalar (dan bersifat solutif). Jangan pakai emosi. Cobalah lihat manfaat positifnya.
Mungkin ada yg berpendapat, bahwa tidak semua seniman berpikiran kotor. Benar, tapi seniman yg mana (bahkan meski dibuat voting dan pemilu seniman jujurpun tidak bisa diukur kejujurannya, tidak efektif, mending dananya buat urusan lain). Apa dia jujur dalam ucapannya. Tidak ada yg tahu kan. Mungkin dia jujur tapi punya kelainan jiwa, kan repot jadinya. Jadi, dengan 'penuh keterpaksaan' hukum dibuat harus mengikat, menyeluruh & konsisten (ingat pasal karet). Kalau hukum dibuat subyektif menurut orang perorang atau perkelompok, setiap orang punya hukum sendiri. BAYANGKAN (ingat nih pakai nalar jangan emosi) yang terjadi, kekacauan dunia. Tidak ada yang mau ngalah, maunya menang sendiri, teman makan teman, bapak memperkosa anaknya, anak memperkosa ibunya dll (maaf, sangat kasar. Saya sendiri bergidik). Hukum buatan manusia tidak ada yang sempurna, kesempurnaan berjalan dan diperbaiki seiring waktu. Yang, paling pas menurut saya. Kalau secara mental kita belum siap, yo wis jika menurut nalar itu benar, nurut aja sama pemerintah (dalam kasus ini lho ya). Soal pemerintah punya dosa dalam hal ini, biar jadi tanggungjawab pemerintah sendiri diakhirat, kita kan cari selamat diri sendiri dengan adanya hukum (kalau pemerintah mau macam-macam, ayo nanti kita protes bersama). Kalau kita menuruti emosi dan keegoisan kita (egois, tidak mau diatur, tidak mau kompromistis meski itu benar) ya sampai matipun masalah satu saja gak pernah selesai-2 donk. Ok, deh kalau ada yg komplain silahkan...

 
At 11:20 PM , Anonymous Anonymous said...

loh.. lha mbak dewi sendiri suka mainan manuk kok... di menthul2 kan...

 
At 2:45 PM , Anonymous Anonymous said...

awal yang baik

 

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home