Saturday, December 17, 2005

Beragama,Seharusnya Bukan Terpaksa

Di sela-sela waktu break sebuah acara,aku sempat berbincang dengan seorang rekan dari Belanda. Wanita cantik yang bernama Katinka, dia mahasiswa S3 di sebuah perguruan tinggi di Belanda. She's so beautiful, wajahnya hampir mirip seperti Barbie...dan dia vegetarian sejati.

Tapi malam itu, kita tidak berbincang tentang cinta. Topik yang biasa jadi bahan obrolan wanita jika bertemu. malam ini kita mencoba bertukar pikiran tentang agama. Namun sebelumnya, saya memohon maaf sebesar-besarnya, tulisan ini tidak bermaksud memberikan ajakan negatif ataupun maksud apapun juga. Jadi tolong dibaca dengan mental dan pikiran yang waras.

Mengapa kita berbincang tentang agama? Well, malam itu kebetulan kita sedang menyaksikan sebuah film dokumenter berjudul Kulo Ndiko Sami. Film ini berkisah tentang kehidupan penganut agama Adam di sebuah daerah di Pati,Jawa Tengah. Film ini dengan kuat menggambarkan kentalnya, pengaruh legalitas 5 agama yang diakui pemerintah, sehingga menyebabkan para pemeluk agama Adam kerapkali mendapatkan kesulitan manakala hendak mengurus KTP. Jika KTP tidak terbit, secara otomatis mereka tidak akan bisa mengurus SIM, pendaftaran PLN dan lain sebagainya.

Agama akhirnya menjadi sangat fleksibel dan menjadi sebuah keharusan. Bagi beberapa orang yang memang sangat membutuhkan KTP, secara otomatis mereka harus menuliskan agama yang dipilih dari kelima agama yang sudah ditetapkan pemerintah. Tidak ada pilihan agama Adam disitu. Birokrasi setempat pun mengakui, kalau item agama tersebut memang harus dimasukkan sebagai syarat administratif yang memang harus dipenuhi.

Untuk yang membela agama Adam sepenuhnya, mereka akhirnya memilih untuk tidak mendapatkan KTP daripada harus mengisi item agama yang jelas-jelas tidak dianutnya. Bahkan ada yang merelakan diri tidak menerima jatah penerangan hanya karena dia enggan mencantumkan agama formalitas di KTPnya.

Lagi-lagi agama,membuat pusing kepala. Konflik yang mayoritas terjadi di negara kita,nampaknya berawal dari agama.Padahal seharusnya,agama diciptakan untuk mengatur perilaku manusia,sehingga terhindar dari angkara murka.Tapi sayangnya,makin hari orang makin merasa lebih pintar bahkan dari seorang nabi. Sehingga tidak segan mereka menghakimi orang lain dengan landasan syariat agama sesuai dengan pemahamannya. Padahal membedah sebuah masalah tidak hanya bisa dilihat dari matanya saja, namun lebih dari itu dari kepala,telinga dan bahkan seluruh sel tubuh yang membuatnya menjadi nyata.

Jika seseorang akhirnya dicemooh atas nama agama,atas nama ajaran agama dan menurut ini dan itu,bukankah itu sebuah perlakuan yang tidak adil.Manusia diciptakan Tuhan bukan untuk saling memberi penghakiman satu sama lain.Dan menurut saya,pilihan untuk tidak beragama sekalipun seharusnya dilindungi oleh negara.Sehingga,dalam KTP pun seharusnya pilihan untuk tidak beragama layak untuk dihargai keberadaannya.

Kalau memang kejadian itulah yang dialami oleh para pemeluk Adam, nampaknya agama menjadi sebuah ketakutan. Beragama seringkali diartikan bukan Komunis.Sehingga jika tidak beragama maka ia akan disebut komunis,tidak beradab dan banyak status negatif yang tentunya akan menjadi konsekuensi untuk tidak beragama.

Ketika aku sempat bertanya pada Katinka apa agamanya..dia menjawab,bahwa ia seorang muslim. Manakala aku menanyakan apa agama orang tuanya,dengan lugas dia mengatakan,"Orang tua saya tidak beragama,tapi percaya kepada Tuhan"...sebuah pernyataan yang sangat demokratis. Bahkan untuk memilih agama apa yang harus dipeluknya, Katinka tidak perlu terlibat perang dingin dengan kedua orang tuanya.

Sebagian besar temanku menjadi beragama karena orang tuanya, termasuk mungkin aku,yang sempat bingung karena kedua orang tuaku berlainan agama. Aku sempat vakum menjadi umat beragama selama 5 tahun, beberapa orang mengganggapku atheis mungkin,tapi aku pikir...non sense lah...:)sampai saat ini,aku memilih apa yang menjadi keyakinanku...

Lain hal dengan kejadian yang pernah aku alami...seseorang yang beragama lain denganku sempat menjauhi aku manakala melihat kedua orang tuaku ternyata berlainan agama. Peristiwa menyakitkan,saat dia mengatakan terpaksa harus meninggalkanku karena menurutnya aku adalah anak berlabel haram, sebagai akibat perkawinan beda agama kedua orang tuaku.

Lalu....sebenarnya agama ini milik siapa, milik negara atau milik kita????

7 Comments:

At 6:45 PM , Anonymous Anonymous said...

Saya sarankan baca buku agama secara mendalam, jangan bicara berdasarkan akal pikiran semata. Nanti kayak gusdur. Kalau pemahaman agama kuat, niscaya tidak akan pusing ketika melihat agama Adam tidak terdaftar di depag. Ingat, negara berdasakan Ketuhanan Yang Maha Esa, bukan berdasarkan akal pikiran sampeyan.

 
At 9:34 PM , Anonymous Anonymous said...

To : Sandra
lam kenal..
aku setuju banget dengan opini kamu,tp masyarakat hanya bisa nurut aj apa yang ada di UUD'45 lha mo gimana lagi yang namanya dah WNI pasti ngikut NKRI. ya tho?aku juga pernah nyesel beragama dgn kenyataan yang ada sekarang ini malah jadi konflik yg g jelas alasannya.

To : Aurelia
manusia punya akal pikiran yang harus berkembang bersama dengan kedewasaan dan permasalahan yang muncul didepan mata.so kenapa kita g kasih aja kebebasan kepada temen2 kita?aku juga meyakini salah satu agama di Indonesia tp ak gak tutup kemungkinan berteman dg sapa aja (SARA what the hell..!!) perbedaan bukan alasan bwt adu kekerasan.

 
At 5:25 PM , Blogger D E E said...

saya juga tidak mengatakan loh,agama berdasarkan akal pikiran diri saya sendiri.Tapi,hal yang ingin saya soroti sebenarnya adalah masalah agama yang akhirnya jadi akar konflik dalam kehidupan berbangsa dan bernegara...begitcyu ibuw:)

 
At 2:05 PM , Anonymous Anonymous said...

Hmm.. emang orang indo kalo udah ngmgin agama yang melenceng dikit.. langsung negatif pikirannya.. mikir kafir dkk.. :(

Padahal menurut saya (mnurut saya lhoo..), agama adalah hub kita sama tuhan.. thats all.. apapun agama kita.. ato malah gak beragama sekalipun.. kalo smwnya dilakukan dengan baik.. (mksdnya kayak berbuat baik sama orang...), just believe that God will loves us :)

orang yang ngaku beragama sejatipun, kerjaannya ngancurin tempat2 umum.. berkedok agama.. merasa dirinya yg paling murni di dunia.. hehehe....

 
At 12:25 AM , Anonymous Anonymous said...

Hallo Dee.. Salam kenal

Posting yang menarik. Saya sangat setuju dengan pendapat kamu. Mestinya beragama adalah sesuatu yang bebas dilaksanakan. Janganlah kita melihat orang dari agamanya. Namanya keyakinan kok.

We should accept differences in life, because this is part of our everyday life.

Malahan saya sendiri bahkan punya teman atheis (tidak percaya tuhan). Toh saya sendiri sangat menghormati dia. Saya lebih menghargai dia daripada pengebom yang mengatasnamakan agama.

Isn't it beautiful if we can just live our life without ever concerning differences around us. Just accept them.

"Imagine there's no heaven, no religion too..." (John Lennon)

 
At 4:12 PM , Blogger D E E said...

wahhh...John Lenon ( gwe banget...)..hihihi....gak ada hubungannya yak:D

 
At 2:03 PM , Anonymous Anonymous said...

seperti nya anda harus belajar agama lebih dalam lagi, tidak semudah berbicara dengan akal dan emosi, jangan sampai anda meninggalkan dunia ini tanpa agama. akan ada kehidupan sesudah ini......... think about it.

 

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home